Berikut ini Film-film karya anak bangsa yang menjadi jagoan Indonesia dan mendapat penghargaan di festival-festival perfilman dunia.
1. MADAME X (2010)
Madame X (2010) adalah debut
penyutradaraan Lucky Kuswandi yang menjadi official selection pada
Hongkong International Film Festival 2010 serta mendapatkan nominasi
best production design untuk Eros Eflin dan best supporting actress
untuk Shanty pada Asian Film Awards 2011.
Madame X merupakan film komedi/superhero
Indonesia yang disutradarai oleh Lucky Kuswandi dengan Nia Dinata
sebagai produser. Film yang akan dirilis pada 7 Oktober 2010 ini
dibintangi oleh Aming sebagai Madame X, lalu turut dimeriahkan Marcell,
Shanty, Titi DJ, Sarah Sechan, dan Fitri Tropica.
Ketika Ibukota di sebuah negeri antah
berantah terancam oleh kemunculan KANJENG BADAI dan partai politiknya
yang militan dan homophobia, keselamatan negeri ini bergantung pada
ADAM, seorang penata rambut yang kemayu. Dengan kekuatan tas make-up dan
peralatan dandan, juga perpaduan seksi antara seni bela diri dan gerak
tari, Adam harus mengalahkan Kanjeng Badai dengan gemulai sebelum
musuhnya itu memenangkan pemilu. Akankah sepatu berhak tinggi-nya
berubah menjadi pantofel, riasan glitter-nya menjadi debu, atau celana
kulit-nya jadi celana kain? Ketika semua menjadi samar, hanya satu yang
pasti: Adam harus memenuhi takdirnya sebagai seorang Super hero MADAME X
Rumah Dara (2010) merupakan debut
penyutradaraan Mo Brothers, film ini adalah versi panjang dari film
pendek mereka sebelumnya Dara, yang menjadi bagian antologi Takut
(2007). Shareefa Daanish yang memerankan Dara berhasil mendapatkan Best
Actrees pada Puchon International Fantastic Film Festival (PiFan) 2009
di Korea Selatan. Film Rumah Dara berkisah mengenai sekelompok
pemuda-pemudi yang terjebak di rumah milik seorang pembunuh misterius
yang bernama “Dara”. Film ini menjadi reuni antara aktris Julie Estelle
dan Imelda Therinne setelah kolaborasi mereka dalam Kuntilanak 3.
3. GARUDA DI DADAKU (2009)
Garuda di Dadaku (2009) hasil karya duet
Salman Aristo dan Ifa Isfansyah yang diproduseri oleh Shanty Harmain
diberikan penghargaan Best Film pada penyelenggaraan ke 6 Children and
Youth Armenia International Film Festival 2010.
Film ini menceritakan kisah Bayu, yang
masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar, memiliki satu mimpi dalam
hidupnya: menjadi pemain sepak bola hebat. Setiap hari dengan penuh
semangat, ia menggiring bola menyusuri gang-gang di sekitar rumahnya
sambil mendribble bola untuk sampai ke lapangan bulu tangkis dan
berlatih sendiri di sana. Heri, sahabat Bayu penggila bola, sangat yakin
akan kemampuan dan bakat Bayu.
Dialah motivator dan “pelatih” cerdas
yang meyakinkan Bayu agar mau ikut seleksi untuk masuk Tim Nasional U-13
yang nantinya akan mewakili Indonesia berlaga di arena internasional.
Namun Pak Usman, kakek Bayu, sangat menentang impian Bayu karena baginya
menjadi pemain sepak bola identik dengan hidup miskin dan tidak punya
masa depan.
Dibantu teman baru bernama Zahra yang
misterius, Bayu dan Heri harus mencari-cari berbagai alasan agar Bayu
dapat terus berlatih sepak bola. Tetapi hambatan demi hambatan terus
menghadang mimpi Bayu, dan bahkan persahabatan tiga anak itu terancam
putus.
Sang Pemimpi (2008) yang merupakan sekuel
Laskar Pelangi (2007) berhasil memboyong Audience Award dari Udine Far
East Film Festival 2010 di Italia dan NETPAC Critics Jury Award dari
Singapore International Film Festival 2010. Dan yang paling terbaru
adalah berhasil meraih Premio Juvenile Award Fici Children Intenational
Film Festival Madrid 2010.
Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan
Jimbron. Ikal- alter egonya Andrea Hirata, sedangkan Arai adalah
saudara jauh yang yatim piatu yang disebut simpai keramat karena anggota
keluarga terakhir yang masih hidup dan akhirnya menjadi saudara angkat
dan Jimbron adalah seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan
gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.
Ketiganya dalam kisah persahabatan yang
terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA
pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari
dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari, dari
ketagihan mereka menonton film panas di bioskop dan akhirnya ketahuan
guru mengaji mereka , kisah cinta Arai dan Jimbron, perpisahan Jimbron
dengan Ikal dan Arai yang akan meneruskan kuliah di Jakarta yang
akhirnya membuat mereka berdua terpisah tetapi tetap akan bertemu di
Perancis. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang
kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar ,
sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka,
hanyalah sebuah mimpi.
Merantau (2009) menjadi Best Film
ActionFest International Film Festival 2010, Sebuah penghargaan film
aksi tahunan yang digelar di Asheville, North Carolina Amerika Serikat
pada 15-18 April 2010. Merantau berhasil mengungguli kandidat lainnya
seperti film silat Hong Kong yang dibintangi Donnie Yen, 14 Blades.
Film ini menceritakan tradisi di
Minangkabau, Sumatera Barat, Yuda (Iko Uwais), seorang pendekar silat
Harimau handal, ada dalam persiapan akhir untuk memulai perantauannya.
Ia harus meninggalkan keluarganya, ibu tercinta, Wulan (Christine
Hakim), dan udanya, Yayan (Donny Alamsyah), kenyamanan dan keindahan
kampung halamannya, dan membuat nama untuk dirinya di keserabutan kota
Jakarta.
6. JAMILA DAN SANG PRESIDEN (2009)
Jamila dan Sang Presiden (2009) karya
Ratna Sarumpaet yang pernah dikirim untuk Academy Award Best Foreign
Film 2009 menyabet dua penghargaan dalam Asian Film Festival Vesoul 2010
di Perancis. Dua penghargan itu yakni Prix de Public dan Prix Jury
Lycen. Penghargaan lain adalah Best Original Score Asia Pacific Film
Festival 2010 untuk Thoersi Argeswara.
Film ini mengisahkan seorang perempuan
bernama Jamila (Atiqah Hasiholan) tiba-tiba menjadi headline di semua
pemberitaan nasional. Ia mengaku membunuh seorang pejabat tinggi negeri
dan menolak mengajukan pengampunan hukuman mati dari Presiden
Jamila dimasukkan dalam penjara yang
dipimpin oleh seorang sipir perempuan yang sangat ditakuti, Ibu Ria
(Christine Hakim). Di penjara inilah cerita Jamila bergulir, membuka
sebuah luka bernama perdagangan manusia yang dialami oleh Jamila dan
jutaan anak di Indonesia. Selama ini Jamila mencari adiknya yang
terjerat dalam sindikat prostitusi anak, yang akhirnya mengantar Jamila ke penjara
Persidangan Jamila menjadi panas dan
semakin kontroversial dengan kemunculan kepala golongan fanatik (Fauzi
Badilah) yang mati-matian menentang pengampunan dari Presiden. Konflik
di dalam penjara dengan Ibu Ria makin meruncing, sementara tekanan dari
luar juga menjadi tidak tertahankan. Jamila semakin terpuruk, hukuman
matinya semakin dekat
Perempuan Berkalung Sorban (2009) karya
Hanung Bramantyo menerima penghargaan Best Supporting Actress Asia
Pacific Film Festival 2010 untuk aktris senior Widyawati. Film ini
berkisah mengenai perjalanan hidup Anissa (Revalina S. Temat), seorang
wanita berkarakter cerdas, berani dan berpendirian kuat. Anissa hidup
dan dibesarkan dalam lingkungan dan tradisi Islam konservatif di
keluarga Kyai yang mengelola sebuah pesantren kecil Salafiah putri
Al-Huda di Jawa Timur, Indonesia. Dalam lingkungan dan tradisi
konservatif tersebut, ilmu sejati dan benar hanyalah al-Qur’an, Hadist
dan Sunnah, dan buku-buku modern dianggap sebagai ajaran menyimpang
Pintu Terlarang (2009) karya terakhir
Joko Anwar menjadi Best Film dalam Puchon International Fantastic Film
Festival 2009 dan official selection Golden Kinnaree Award untuk Bangkok
International Film Festival 2009. Bahkan pada tahun 2009 film ini
menjadi salah satu dari 100 film terbaik dunia versi majalah “Sight and
Soung” Inggris. Cerita film ini diadapasi dari novel berjudul Pintu
Terlarang, karangan Sekar Ayu Asmara. Sekalipun di Indonesia dianggap
kurang sukses, namun film ini ditanggapi positif di dunia Internasional
saat perilisannya di banyak festival.
9. TIGA DOA TIGA CINTA (2008)
Tiga Doa Tiga Cinta (2008) karya perdana
Nurman Hakim dinominasikan sebagai Best Children’s Feature Film pada
Asia Pacific Screen Awards 2009. Meraih Grand Prize of International
Jury pada Vesoul Festival of Asian Cinema 2009. Film 3 Doa 3 Cinta
meraih Grand Jury Prize di Vesoul International Film Festival Perancis
2009 juga meraih best film di Jakarta International Film Festival 2009
(Jiffest), selain itu 3 Doa 3 Cinta masuk seleksi resmi di berbagai
festival film international seperti Dubai International Film Festival
2008, Pusan International Film Festival 2009, Goteborg International
Film Festival 2009, Asian Pacific Screen Award Australia dan lain
sebagainya. Film 3 Doa 3 Cinta juga meraih tujuh nominasi pada Festival
Film Indonesia (FFI) 2008.
Ini cerita tentang tiga sahabat, Huda,
Rian dan Syahid, tiga remaja yang tinggal di pesantren di sebuah kota
kecil yang terletak di daerah Jawa Tengah. Mereka punya rencana dalam
hidup mereka masing-masing setelah lulus dari pesantren dan SMA sebulan
lagi. Mereka memiliki sebuah lokasi rahasia, sebuah dinding tua di
belakang pesantren, di mana mereka menulis harapan-harapan mereka di
dinding. Hingga sebuah situasi mengubah hidup mereka.
Huda (Nicholas Saputra), ingin mencari
ibunya yang kabarnya berada di suatu tempat di Jakarta. Huda bertemu
dengan Dona Satelit (Dian Sastrowardoyo) seorang penyanyi dangdut pemula
yang sangat seksi ketika di panggung dan terobsesi menjadi bintang
terkenal di Jakarta. Di antara mereka tertanam benih-benih asmara.
Rian (Yoga Pratama) santri dari suatu
kota besar. Dia mendapatkan sebuah kado handycam dari ibunya pada saat
ulang tahunnya. Rombongan pasar malam terutama layar tancap yang
kebetulan sedang singgah di desa itu membuat Rian semakin obsesif
terhadap kamera.Rian ingin melanjutkan usaha Ayahnya.
Syahid (Yoga Bagus), berasal dari
keluarga miskin. Ayahnya sakit keras. Syahid merencanakan sesuatu yang
besar dalam hidupnya yang akan memberikan dampak bagi kedua temannya.
Laskar Pelangi (2007) adalah adaptasi
dari novel berjudul sama oleh Riri Riza dan Mira Lesmana yang
mendapatkan nominasi untuk 2 Kategori utama pada penyelenggaraan ke 3
Asian Film Awards yang digelar di Hongkong, yaitu Best Editing untuk
Dono Waluyo dan Best Film. Untuk nominasi film terbaik Laskar Pelangi
bersanding dengan Ponyo (Jepang), The Good the Bad the Weird (Korea
Selatan), Tokyo Sonata (Jepang), Red Cliff (Hongkong) dan Forever
Entralled (China). Laskar Pelangi juga mendapatkan Signis Award dalam
Hongkong International Film Awards 2009. Penghargaan The Golden
Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International Festival of
Films for Children and Young Adults, di Hamedan, Iran. Awal tahun 2010
lalu film ini kembali mendapatkan penghargaan, kali ini untuk Cut Mini
sebagai Best Actress pada Brussels International Independent Film
Festival. Dan yang paling terbaru adalah menjadi Best Film pada Asia
Pacific Film Festival 2010.
The Blind Pig Who Wants to Fly (2008)
adalah feature film perdana karya Edwin. Film yang di bintangi oleh
Ladya Cheryl ini juga menjadi Official Selection dalam Pusan
International Film Festival 2008, menjadi official selection Tiger Award
Competition pada 2009 Rotterdam Film Festival dan mendapat penghargaan
untuk Fipresci Prize, pada festival yang sama. Penghargaan Firepsci
Prize kembali diraih film ini dari Singapore International Film Festival
2009, selain itu. Serta meraih Silver Montgolfiere dan Young Audience
Award dari Nantes Three Continent Festival 2009.
Fiksi (2008) yang merupakan film feature
perdananya Mouly Surya, memenangkan penghargaan Best Director dari
Jakarta International Film Festival 2008 untuk Indonesia Feature Film
Competition. Selain itu Fiksi juga diputar dibeberapa festival film
international lainnya seperti di Pusan International Film Festival,
NewYork Asian Film Festival.
Film ini berceritakan tentang Alisha
(Ladya Cheryl) sebelumnya tak pernah merasa hidup di rumahnya yang besar
dan dingin, sampai suatu hari ia mendengar siulan Bari (Donny Alamsyah)
yang memperkenalkannya dengan cinta. Cinta Alisha pun membawanya sampai
ke sebuah kamar rumah susun persis di sebelah tempat Bari tinggal
bersama kekasihnya, Renta (Kinaryosih). Hari-harinya yang dulu
membosankan kini dipenuhi dengan suara canda, cinta dan pertengkaran
yang terdengar dari kamar sebelah. Segala cara dipergunakannya untuk
mendekati Bari; menipu, menjebak sampai membunuh
Ini adalah sisi gelap sebuah cinta. Sebuah obsesi. Sebuah mimpi
13. THE PHOTOGRAPH (2007)
The
Photograph (2007) dibesut oleh sutradara wanita, Nan T. Achnas yang
dibintangi oleh aktor senior Singapore Lim Khay Thong dan Shanty ini
menyabet dua penghargaan pada penyelenggaraan ke 43 Karlovy Vary
International Film Festival yang diselenggarakan tanggal 4-12 July 2008
di Karlovy Vary, Republik Ceko. The Photograph menyabet Special Jury
Prize yang merupakan pemenang kedua dan penghargaan Ecumenical Jury
Award di festival film paling bergengsi di Republik Ceko. Film The
Photograph tersebut merupakan satu-satunya film dari Asia yang mendapat
dua penghargaan sekaligus.
Dikisahkan, Sita (Shanty), perempuan Jawa
yang berprofesi sebagai penyanyi di sebuah karaoke bar, harus pindah
dari rumah saudaranya, Rosi (Indy Barends), ke sebuah kamar di loteng
sempit. Kamar itu terletak di sebuah rumah yang berfungsi juga sebagai
studio foto milik Johan Tanujaya (Lim Kay Tong), seorang juru foto
keliling keturunan Tionghoa. Demi ingin membayar hutangnya kepada Suroso
(Lukman Sardi), germo yang membawanya ke kota, Sita juga, harus kerja
sambilan sebagai pekerja seks komersil.
Ia juga ingin mengumpulkan cukup uang
untuk dapat bertemu dan membawa anaknya, Yani, yang harus ditinggalkan
bersama neneknya yang sakit-sakitan. Suatu hari, ia diperkosa dan
dipukuli oleh sekumpulan pelanggan yang mabuk. Melihat hal itu, Johan
pun menyelamatkan Sita. Sita lalu memutuskan untuk tidak akan kembali
bekerja di bar dan memohon untuk menjadi pembantu Johan karena ia tidak
sanggup membayar sewa kamar. Sita mengetahui bahwa Johan hanya akan
hidup beberapa bulan lagi. Ia pun membantu Johan memenuhi tiga keinginan
terakhirnya, yang diwakili oleh keberadaan tiga potret.
Salah satu keinginannya yang terpenting
adalah pencariannya untuk mendapatkan juru foto pengganti dirinya. Suatu
saat Johan murka lantaran Sita secara tak sengaja, menemukan masa
lalunya yang suram dan mengusirnya. Minggu-minggu pun berlalu hingga
suatu malam, Johan yang telah sakit-sakitan meminta Sita untuk memotret
dirinya. Ketika Sita akan memotret, Johan pun menghembuskan nafasnya
yang terakhir.
Sita lalu memutuskan untuk tetap memotret
dengan menggunakan pengatur waktu otomatis dan di foto terpampang
dirinya sedang tersenyum dengan Johan yang duduk di depannya,
seakan-akan ia masih hidupItulah Film-film Indonesia Terbaru Yang Mendapat Penghargaan dan MEMBANGGAKAN Indonesia Di Negeri Orang [sumber;http://malemminggu.wordpress.com]
0 komentar:
Posting Komentar